Sejumlah Perkampungan Lubuk Alung Terancam Longsor
Lubuk Alung--Kondisi sejumlah perkampungan yang ada di sepanjang sungai Batang Anai, kini terancam longsor dan ambruk akibat aktivita tambang galian C yang ada di sungai itu. Yang paling menggelisahkan itu, disamping perusahan tambang yang tidak melihat dampak lingkungan, juga sebagian tambang itu tidak punya izin dari pihak terkait.
Camat Lubuk Alung, Drs. Syafnul Maisah kepada Singgalang, Kamis (18/3) malam lalu, melihat aktivitas tambang itu perlu menjadi perhatian bersama dalam melihat arti penting dampak lingkungan. "Dulu, sungai Batang Anai ini cukup jauh dari pemukiman, sehingga dampakterhadap lahan dan rumah masyarakat tidak begitu terlihat. Kini, sekitar 60 meter lahan ditepinya telah dilanyau sungai itu," katanya.
"Kita telah berusaha semaksimal mungkin, agar sungai terbesar itu dilakukan normalisasi. Sebab, dengan kondisi saat ini pengaruh ancaman sangat membahayakan terhadap lingkungan di Kecamatan Lubuk Alung ini. Kita telah naikkan permohan normalisasi itu kepada pihak terkait di Pemkab Padang Pariaman," ujar Syafnul Maisah.
Disamping itu, lanjut Syafnul, pihaknya terus melakukan kerjasama yang baik dengan berbagai kelompok masyarakat yang ada di Lubuk Alung, terkait penanggulangan demikian. Termasuk juga dengan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) setempat. Sebab, tanpa itu semua nagari dan kecamatan ini bisa habis akibat garukan air bah yang datang suatu ketika. "Sebelum semua terjadi, kita minta pihak terkait di Pemkab Padang Pariaman mampu melakukan terobosan, sehingga persoalan itu bisa berkurang," kata Syafnul.
Syafnul Maisah minta dalam hal ini dengan perlakuan sama. Artinya ketika proses itu dilakukan Pemkab, tidak ada perbedaan dari sekian banyak aktivitas tambang galian C yang dilakukan berbagai masyarakat di lokasi Lubuk Alung itu.
Sementara Ketua FKPM Lubuk Alung, Aljufri, S.H melihat berbagai persoalan yang terjadi di Lubuk Alung, butuh kearifan semua pihak yang terlibat. "Untuk itulah FKPM dalam menjalankan tugasnya selalu berkoordinasi dengan seluruh tokoh masyarakat. kita ingin persoalan tambang itu di carikan solusinya dengan pendekatan kultural. Disinilah peran dari niniak mamak, cadiak pandai dalam memandang kemaslahatan sanak kemenakan dimasa mendatang," kata Aljufri yang juga Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Padang Pariaman itu. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar