Senin, 19 Maret 2018

Lapuk Dimakan Usia Teras Surau Aguang Ambuang Kapua Direnovasi secara Gotong Royong

VII Koto--Kondisi Surau Aguang yang sebagian besar terasnya lapuk di makan usia, membuat masyarakat Korong Bengke terjun bersama melakukan gotong royong, merehap surau kaum Suku Tanjung dalam Kenagarian Ambuang Kapua Sungai Sariak itu.
Teras surau itu yang awalnya hanya tonggak kayu pakai atap seng, kini rencananya pakai teras beton yang dicor menggunakan semen. "Alhamdulillah, dengan kebersamaan kita melakukan gotong royong tiap Minggu," kata Januar Mulyadi Tuanku Sutan Tanjung, salah seorang panitia renovasi Surau Aguang.
Menurut dia, sekeliling teras surau nantinya tidak lagi seperti teras biasa. Namun, beton yang tentunya kuat dari biasanya, tahan terhadap hujan dan panas. "Coba bayangkan. Surau ini dipindahkan tahun 1998 dari tepi Sungai Batang Kudu ke bagian atas di korong yang sama. Namun, selama itu berdirinya, sudah dimakan lapuk akibat sebagian atapnya bocor, dan air dengan mudahnya menghinggapi kayu-kayu yang ada," ungkap Januar Mulyadi yang juga Ketua Panitia Pilwana Ambuang Kapua Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak tersebut.
"Dalam proposal yang kita buat, sampai selesai terasnya sekeliling akan menghabiskan anggaran sekitar Rp96 juta lebih," ungkapnya, Selasa (20/3) kemarin. Katanya lagi, gotong royong dilakukan manakala ada uang kas yang dikumpulkan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW beberapa waktu lalu.
Jadi, ujarnya lagi, bila anggaran sedang kosong, kerja juga diistirahatkan sementara. Pihaknya berharap banyak dari berbagai pihak, berupa bantuan untuk kelancaran renovasi demikian.
Bagi Kaum Suku Tanjung di Ambuang Kapua, kata Januar, Surau Aguang merupakan tempat beriya-iya, mufakat, dan yang tak kalah pentingnya untuk beribadah, serta mengaji anak-anak. "Surau Aguang termasuk surau yang paling tua di Ambuang Kapua. Awalnya, surau ini sebuah bangunan terbuat dari kayu. Terletak jauh dari pemukiman, tetapi dekat dengan sungai," sebutnya.
Sebab, lanjutnya, orang dulu membangun surau selalu berdekatan dengan sungai. Sungai itulah satu-satunya dulu sebagai sumber air. Baik untuk mandi, berwuduk, mencuci, dan memasak. Tetapi, sekarang, sungai bukan lagi sebagai tumpuan hal itu. Di Bagian atas misalnya, masyarakat Ambuang Kapua sudah menikmati aliran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Dengan demikian, kata Januar, awal reformasi masyarakat memindahkan Surau Agung ke bagian atas yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Dia mengajak semua masyarakat Ambung Kapua, khususnya Korong Bengke untuk bersama-sama menyelesaikan renovasi ini. Baik moril maupun materil. Potensi rantau juga sangat diharapkan partisipasinya. Apalagi, bulan puasa sudah dekat. Aktivitas surau tentu menjadi rutin dalam menyemarakan suasana Ramadhan. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar