Pendidikan Pesantren Belum Menjadi Tujuan
Balah Aie--Lembaga pendidikan agama, seperti pondok pesantren salafiyah di Padang Pariaman masih menjadi lembaga tempat pelarian bagi banyak orangtua, dalam melanjutkan pendidikan anaknya. Betapa tidak, ditengah kebanjiran siswa yang melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP dan dari SMP ke SMA, pesantren salafiah belum apa-apanya. Bahkan, hingga kini belum satupun santri baru yang mendaftar ke lembaga pendidikan tertuta di Indonesia tersebut.
Demikian antara lain komentar humas pondok pesantren Madrasatul 'Ulum, Lubuk Pua, Kenagarian Balah Aie, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman AD Tuanku Mudo, Kamis (8/7) malam saat peringatan Israk Mi'raj di komplek pesantren yang didirikan pada 1991 itu. Menurutnya, banyaknya mental dan akhlakul karimah anak yang rusak saat ini, adalah akibat minimnya pengetahuan agama, dilingkungan sekolah dan keluarga itu sendiri. "Bahkan, disejumlah sekolah SMA di daerah itu sudah terindikasi sengaja ditiadakan pendidikan agama, lantaran mengerjar prestasi internasional untuk sekolah dimaksud," katanya.
Pada peringatan agenda tahunan yang berlangsung meriah dan sukses, dihadiri ratusan jamaah dari berbagai penjuru, seperti dari Pauh Kambar, Ulakan, Limpato, Bisati dan lain sebagainya itu, AD Tuanku Mudo minta pada orangtua bisa menyekolahkan anaknya dilembaga pendidikan agama tersebut. Hal itu sangat penting, mengingat orang yang dididik di pesantren juga punya masa depan yang jelas, seperti halnya anak-anak yang sekolah di pendidikan umum. "Anak yang dididik di pesantren, seperti Madrasatul 'Ulum ini selalu berdampingan dengan gurunya selama 24 jam. Anak yang diserahkan pada pesantren, merupakan tabungan Akhirat yang dimulai oleh orangtua terhadap dirinya. Hanya doa anak yang shaleh lah yang mampu meringankan beban orangtua di alam kubur sana, ketika orangtua sudah meninggalkan dunia ini," ujar AD Tuanku Mudo lagi.
Nah, anak yang shaleh itu, lanjut AD Tuanku Mudo, bisa terwujud hanya dengan pendidikan agama yang ful, seperti yang dilakukan pesantren salafiayh ini. "Untuk itulah, kalau orangtua punya anak satu, dua dan tiga, alangkah indahnya salah satu dari mereka di antarakan ke pesantren ini, guna membantu orangtua sepenuhnya. Sebab, disamping dididik di pesantren ini dengan kajian kitab kuning, anak tersebut juga bisa bersekolah ke sekolah umum, yang ada dilingkungan pesantren," ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan penceramah, Rahib Tuanku Kuniang yang sengaja didatangkan dari Kecamatan Sungai Geringging. "Memang, nilai-nilai ikhlas dalam berbuat, santun dan punya etika tidak bisa dilepaskan dari dunia pesantren. Sebab, sejak dari awal anak-anak para santri telah dilatih untuk berbuat ikhlas yang dimulai dari gurunya. Guru yang mengajar di pesantren salafiyah ini, hanya menunggu rezki dari Yang Maha Kuasa. Siang malam para guru itu hanya disibukkan dengan urusan mengajar. Tidak ada aktivitas lain, selain mengajar yang mereka lakukan. Tidak digaji lagi oleh negara, tetapi para guru itu juga bisa setara dengan orang kebanyakan. Mereka juga bisa punya rumah dan fasilitas lainnya," kata Rahib.
Pada acara tersebut terkumpul dana sebanyak Rp2 juta lebih, yang merupakan sumbangan dari berbagai jamaah yang hadir malam itu, buat kelangsung pembangunan pesantren, yang hingga kini masih dalam tahapan pengerjaan, setelah bangunan tua itu dihancurkan akibat mengalami rusak berat yang dialami saat gempa akhir September tahun lalu itu. Pembangunan kembali pesantren tersebut dilakukan oleh Al-Azhar Peduli Ummat Jakarta. Disamping pembangunan asrama yang dilakukan lembaga zakat itu, juga pembangunan surau tempat melakukan salat berjamaah bagi santri itu juga tengah dikerjakannya. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar