Sabtu, 01 Oktober 2016

Bergoyang Sambil Beramal Rp10 Juta Terkumpul Dana

-Bergoyang Sambil Beramal
Rp10 Juta Lebih Terkumpul Dana Buat Pembangunan Kantor Korong

Lubuk Alung--Beramal sambil bergoyang. Bunyinya ganjil, tapi itulah dinamika ditengah masyarakat Korong Indaruang, Kenagarian Aie Tajun Lubuk Alung, Padang Pariaman. Kamis (21/7) malam, masyarakatnya menggelar hiburan semalam suntuk dengan pertunjukkan orgen tunggal, dalam rangka pengumpulan dana buat pembangunan kembali kantor walikorongnya yang roboh akibat gempa 2009 lalu.
    Tidak tanggung-tanggung. Hiburan, berupa nyanyian yang membuat banyak orang kampung itu senang yang diselingi dengan lelang kue dan singgang ayam, membuat uang sebanyak Rp10 juta lebih bisa terkumpul dalam waktu sekejap. Itulah cara orang kampung mencari uang, untuk pembangunan sarana umum, yang saat ini sangat dibutuhkan. Sebab, Korong Indaruang harus berbenah, sekaitan Aie Tajun Lubuk Alung telah ditetapkan sebagai sebuah pemerintahan kenagarian, yang setara dengan nagari lainnya di Padang Pariaman.
    Semua masyarakat yang hadir malam itu, mulai dari pemuda, niniak mamak, tokoh masyarakat, rang sumando serta masyarakat lainnya merasa terpanggil untuk ikut sato sakaki dalam pembangunan kantor walikorong tersebut. Buktinya, kalaupun tidak sanggup mereka beli kue, mereka juga bisa nyumbang sebatas kemampuannya. Yang penting, sebagai warga korong yang baik, namanya disebut sebagai salah seorang yang ikut dalam hal demikian.
    Walikorong setempat, Syahribul Rahmat dan Walinagari Aie Tajun Lubuk Alung, Nasrizal menekankan kepada seluruh masyarakat yang hadir, terutama generasi muda agar menjaga keamanan dan ketertiban bersama. "Kita tidak ingin hiburan sambil cari uang ini menimbulkan kekacauan ditengah masyarakat. Mari kita temukan rasa kebersamaan dalam membangun kampung ini," kata mereka.
    Kepada Singgalang dilokasi kegiatan, Walinagari Nasrizal mengakui, bahwa sejak berdirinya Aie Tajun Lubuk Alung sebagai pemerintahan kenagarian, semua kegiatan sosial kemasyarakatan diseluruh korong yang ada, berjalan dengan baik. Hampir seluruh masyarakat berlomba-lomba menggelar kegiatan, yang intinya untuk mengumpulkan uang buat kepentingan bersama pula.
    "Kita dari pemerintahan kenagarian tertap memberikan dukungan, baik moril maupun materil. Sebab, itu merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan bersama. Jangan kita pandang sisi negatifnya. Tetapi lihatlah hasil yang dicapai dari hiburan dimaksud. Dimana, pascagempa 2009 lalu telah berjalan sekian lama, dan sudah saatnya masyarakat kembali bangkit dan membangun bersama sarana umum yang sangat dibutuhkan keberadaannya," kata Nasrizal. (dam)
-------------------------------------------------------------------

-Calon Penerimah Bantuan ASMJI
200 KK yang Diajukan Telah Memenuhi Persyaratan

Lubuk Alung--Pro kontra soal bantuan gempa ditengah masyarakat Padang Pariaman terus saja terjadi, sejak peristiwa itu melanda daerah demikian. Dan itu dianggap oleh sebagian masyarakatnya, adalah dinamika sebuah nikmat dibalik musibah. Namun, ketika polemik timbul pada saat bantuan belum turun dari pihak yang akan memberikan bantuan, itu agaknya terasa ganjil, dan harus dieliminasi.
    Adalah Iwansyah, salah seorang warga masyarakat Korong Rawang, Kenagarian Aie Tajun Lubuk Alung, Padang Pariaman. Dia menilai, data yang dinaikkan walikorongnya terhadap masyarakat calon penerima bantuan rumah sebanyak 40 Kepala Keluarga (KK) dari bantuan Jepang, kurang tepat sasaran.
    Kepada Singgalang, Jumat (22/7) Iwansyah melihat data tersebut banyak yang direkayasa. Bahkan ada rumah yang selayaknya tidak mesti dibantu, justru termasuk calon yang akan menerima. Sementara, disisi lain, rumah yang mesti dibangun kembali, malah tidak kebagian. "Jadi, ada semacam permainan politik untuk bantuan tersebut. Kita tidak ingin hal itu terjadi. Semua masyarakat korong harus diberlakukan sama, tanpa pandang bulu, antara dunsanak dan tidak dunsanak dari yang mengambil kebijakan di korong ini," kata dia.
    Walikorong Rawang, Syafrinaldi ketika dihubungi mengaku, bahwa data rumah yang diminta atasnnya, walinagari telah dinaikkan, dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. "Kita hanya memberikan data rumah. Soal dapat ataupun tidak dapat, itu urusannya yang akan memberikan bantuan. Dan lagi, proposalnya langsung dari pemerintahan kenagarian," katanya.
    Sementara, Walinagari Aie Tajun Lubuk Alung, Nasrizal menilai telah cukup hati-hati dalam menentukan pilihan terhadap persyaratan yang akan menerima bantuan dari Asosiasi Masyarakat Jepang Indonesia (ASMJI) tersebut. "Kita telah menaikkan sebanyak 200 KK. Semua korong yang ada kita bagi rata, yakni setiap korong mendapatkan 40 KK. Kategori penerima sesuai permintaan dari ASMJI, adalah rumah tidak layak huni, dan KK miskin. Insya Allah, 90 persen rumah itu nantinya terbuat dari kayu," kata Nasrizal.
    Nasrizal dalam masalah demikian telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengakomodir seluruh masyarakat yang berhak menerima. Menurutnya, semua data yang diajukan tersebut, telah sesuai aturan main yang berlaku. "Kini, data tersebut telah sampai di pusat, dan tinggal menunggu diturunkannya ketengah masyarakat. Kita berharap, hal itu bisa tercapai dengan baik dan benar, sesuai keinginan bersama," kata dia. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar