Kamis, 27 Oktober 2016

Ali Mukhni di Forum Nasional Replika Inovasi Padang Pariaman Sediakan 697 Hektare untuk Pembangunan Monumental

Ali Mukhni di Forum Nasional Replika Inovasi
Padang Pariaman Sediakan 697 Hektare untuk Pembangunan Monumental

Padang Pariaman--Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni dinobatkan sebagai pembicara pada Forum Nasional Replikasi Inovasi Pelayanan Publik 2016, yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN dan RB). Bersamaan juga, Pemrov Jawa Barat dan Pemko Bandung ikut pula selama dua hari, 26-27 Oktober di Bale Asri Pusdai, Bandung, Jawa Barat. Acara dibuka langsung MenPAN dan RB, Asman Abnur.
    "Kita undang inovator pelayanan publik untuk silaturahmi dan berbagi informasi, termasuk Bupati Padang Pariaman," kata MenPAN dan RB Asman Abnur usai pembukaan Forum Nasional Replikasi Inovasi Pelayanan Publik, di Bandung, Rabu (26/10).
    Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni mengucapakan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian PAN dan RB yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk mempresentasikan inovasi yang telah diterapkannya, di daerah khususnya bidang potensi lokasi pendidikan serta pembangunan.
    "Ini kehormatan bagi Padang Pariaman dan nama baik Sumatera Barat untuk mengekspos inovasi yang berhasil kita terapkan di bidang pendidikan dan pembangunan," kata Bupati Ali Mukhni.
    Dia berbicara mengenai gempa dahsyat 30 September 2009 lalu yang menimbulkan korban nyawa, robohnya rumah penduduk, sarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan, irigasi dan sektor lainnya. Adapun kerugian mencapai Rp8,6 triliun yang tentunya sangat menguji kepemimpinannya untuk segera bangkit, merehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa tersebut.
    "Siapapun yang menjadi bupati saat itu, dihadapkan dengan tantangan yang sangat berat. Dan Alhamdulillah, dengan dukungan seluruh pihak ranah dan rantau, kita buat program; Padang Pariaman Bangkit," kata peraih Satya Lencana Pembangunan itu.
    Orang nomor satu di Padang Pariaman itu memaparkan capaian 2010-2016; peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada 2010 sebesar Rp27,4 miliar naik menjadi Rp70,6 miliar 2016.
    Sedangkan APBD 2010 sebesar Rp773,6 miliar naik menjadi Rp1,3 triliun 2016. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari 3,34 persen akhir 2009 (terendah di Sumbar) maka 2015 menjadi 7,12 persen (tertinggi di Sumatera Barat). Kemudian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Padang Pariaman 2011 Sebesar 71,98 persen dan meningkat menjadi 72,93 2015.
    Penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 11,86 persen pada 2010 turun menjadi 9,12 persen 2015. Dan yang krusial bahwa penurunan persentase penduduk miskin dari 11,86 persen pada tahun 2010 turun menjadi 8,17 persen 2015.
    "Kita bertekad menjadikan Padang Pariaman dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat," kata alumni Lemhanas 2012 itu. Selanjutnya, Ali Mukhni menyampaikan lima potensi lokal bidang pendidikan, pertama, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dibangun Sekolah Penerbangan Nusantara.
    Kedua, daerah wisata halal, adanya SMK Pariwisata. Ketiga, sektor Kemaritiman, dibangun Badan Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) dan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM). Keempat, daerah yang religius dibangun Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia. Kelima, penghasil coklat dibangun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Enam Lingkung.
    Saat ini, Ali Mukhni mengaku sedang mempersiapkan lahan seluas 697 hektare untuk pembangunan monumental, yaitu kampus Institut Seni Indonesia, Politeknik Negeri Padang, STIT Syekh Burhanuddin dan stadion. Lahan tersebut sangat strategis, berada di jalan lintas Padang - Bukittinggi, tetapnya di Tarok, Kecamatan 2x11 Kayutanam.
    "Kabupaten Padang Pariaman memantapkan diri sebagai Kabupaten Pendidikan di Sumatera Barat," kata Ali Mukhni. Ali Mukhni menjelaskan, replikasi hasil inovasi top 99  2014 dari SMA 1 Lubuk Alung terhadap 22 sekolah imbas dari SD hingga SMA, dengan membangun kultur sekolah tiga program yang ditawarkan.
    Pertama, sekolah ramah lingkungan dengan program adiwiyata. Kedua, sekolah ramah sosial dengan memutus rantai kemiskinan terhadap semangat bersekolah melalui budaya badoncek. Ketiga, sekolah berbudaya mutu, yaitu membangun semangat kompetitif, mengoptimalkan perpustakaan, memberdayakan kelompok kerja guru. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar