Minggu, 04 Februari 2018

Asosiasi GPAI Padang Pariaman Dikukuhkan Jadikan sebagai Ladang Idiologi Tidak Ladang Profesi

Parit Malintang--Siang menjelang sore, Jumat (2/2) lalu ratusan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) memenuhi aula Kantor Bupati Padang Pariaman di Parit Malintang. Memakai baju seragam hijau muda, sebagiannya tak kebagian tempat duduk, lantaran kursi yang memenuhi aula itu telah terisi penuh. Mereka antusias, hari itu pertama kalinya organisasi Asosiasi GPAI Padang Pariaman dideklarasikan, sekalian dikukuhkan kepengurusannya.
Organisasi ini dibuat menjelang akhir tahun lalu. Makanya, kepengurusan Asosiasi GPAI yang dikukuhkan Wabup Suhatri Bur itu periode 2017-2021. Bahkan, sebelum Asosiasi GPAI kabupaten dilantik, Asosiasi kecamatan telah lengkap pula kepengurusannya.
"GPAI potensi yang sangat besar di Padang Pariaman," kata Kasi PAI Kemenag daerah itu, Suhendrizal. Mereka ada 600 orang lebih. Banyak yang telah PNS dan ada pula yang masih berstatus guru honerer. Di Indonesia, Padang Pariaman tercatat daerah kedua membentuk asosiasi ini setelah Provinsi Gorontalo.
Menurut Suhendrizal, pendidikan agama Islam Padang Pariaman terus mengalami kemajuan yang amat luar biasa. "Dari rangking 14 menjadi tiga besar di Sumbar. Tentu ini sumbangsih besar dari Asosiasi GPAI itu sendiri," ujar dia. Katanya lagi, sepertiga visi misi Bupati Ali Mukhni tentang Padang Pariaman relegius terletak di pundak GPAI.
Lewat organisasi ini pula, kata Suhendrizal, pihaknya ingin mewujudkan Padang Pariaman sebagai daerah penghasil hafidz dan hafidzah Quran. "Sebagian besar sekolah sejak SD hingga SMA telah memulai gerakan menghafal kitab suci ini. Kita ingin, Asosiasi GPAI menjadi tulang punggung yang kuat menyokong hal demikian," ungkapnya.
Suhendrizal menyampaikan, lahirnya asosiasi ini tak terlepas dari peran Pengawas PAI Padang Pariaman, Suardi Aminsyah Koto. "Pengawas kita yang satu ini cukup kuat dan punya ide yang briliyan. Bayangkan, dari ujung utara ke ujung selatan daerah ini yang berjarak kurang lebih 140 kilometer, hanya dijalani oleh pengawas dengan sepeda motor. Mudah-mudahan saja perjuangan ini membuahkan hasil yang maksimal, dan menjadi amal jariah baginya," tukuk Suhendrizal.
Kepada pengurus Asosiasi GPAI Padang Pariaman yang baru dilantik, Suhendrizal minta untuk menjadikan organisasi itusebagai ladang idiologi, dan jangan dijadikan sebagai ladang profesi. "Dengan idiologi kita perkuat nilai-nilai agama dan moral di kalangan anak didik," sebutnya.
Wabup Padang Pariaman Suhatri Bur merasa bangga dan senang melihat kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan GPAI. Apalagi untuk mewujudkan baju seragam saja, masing-masing GPAI beriyur. Kibarkan terus panji-panji GPAI di tengah masyarakat. "Kita tahu, syarak atau agama berasal dari Padang Pariaman. Untuk itu, guru PAI harus kuat dan kompak melawan berbagai ketimpangan yang terjadi," kata Wabup yang sekaligus Ketua PAN Padang Pariaman ini.
Dia mendukung penerapan peci nasional untuk kalangan GPAI laki-laki dan jilbab sampai siku bagi GPAI perempuan. "UNtuk kita ketahui, berbagai aliran dalam agama Islam cukup tumbuh dan subur di daerah ini. GPAI hendaknya memakai pakaian yang tidak orang lain ikut berdosa. Sebab, apabila pakaian kita mencolok, orang dengan mudahnya menyebut kita orang ini dan orang itulah," sebutnya.
Suhatri Bur ingin, GPAI ikut memerangi lesbian, gay, bisexsual, dan transgender (LGBT) yang mulai merasuki kehidupan masyarakat. Begitu juga paham radikalisme yang akan mengancam keutuhan NKRI. "Ke depan, pendidikan agama Padang Pariaman harus nomor satu di Sumbar. Jadikan asosiasi ini sebagai wadah persatuan dan kesatuan, melindungi profesi, dan memperkuat kelangsungan pendidikan agama Islam di sekolah berbasis agama dan umum," ungkapnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar