Senin, 20 Agustus 2018

Kembalikan Kekuatan Adat Salingka Nagari Balah Hilia Lubuk Alung Gelar Pelatihan Pasambahan

Lubuk Alung--Era globalisasi yang sedang menggilas kehidupan masyarakat, tak pelak lagi ikut pula melemahkan eksistensi adat istiadat di tengah masyarakat itu sendiri. Para pemuda dan generasi milineal sudah tak pandai lagi bersitinah, berpetatah-petitih, sebagaimana lazimnya hal itu pada kalangan yang tua-tua dulunya dalam setiap berbagai kegiatan.
Berangkat dari realita demikian, Pemnag Balah Hilia Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman sengaja menggelar pelatihan pasambahan bagi generasi muda. Acara yang diadakan di Aula Kantor Walinagari setempat, melibatkan unsur pemuda dan kapalo mudo, serta walikorong yang ada di sembilan korong di nagari itu.
Edi Yanto, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Balah Hilia yang sekaligus Tim Pengelola Kegiatan (TPK-nya) kepada Singgalang menyebutkan, pelatihan dasar-dasar adat istiadat ini amat penting, karena semakin menipisnya budaya dan tradisi pasambahan di nagari. "Edisi perdana, Jumat malam lalu kita sengaja datangkan narasumbernya dari orang sepuluh Lubuk Alung, yakni Bustami Datuak Rangkayo Mulie, dan Ketua PWI Padang Pariaman, A. Damanhuri," kata dia.
Menurut Edi Yanto, setiap korong ada lima orang utusannya. Setelah pemaparan sekilas tentang sejarah Lubuk Alung dan adat salingka nagari, acara dilanjutkan dengan prosesi pasambahan, dengan membagi kelompok. Ada kelompok kapalo mudo, kelompok urang sumando, kelompok niniak mamkak, serta kelompok singok bagisia, laman salalu.
"Sebagai anak nagari yang suatu saat akan jadi niniak mamak dan urang sumando, pemuda Balah Hilia harus mampu menjawab dan mendatangkan rundiangan dari manapun datangnya," ungkap Edi Yanto.
Sementara, Bustami Datuak Rangkayo Mulie, salah seorang tokoh Lubuk Alung menilai kekuatan adat memang di salingka nagari. "Warih bajawek, pusako batarimo, Lubuk Alung tak bisa dilepaskan dari Ampek Lingkuang. Yang disebut Lubuk Alung, adalah Ampek Lingkuang sebagai pusek jalo, pumpunan ikan," ungkapnya.
Ketua PWI Padang Pariaman, Damanhuri menjelaskan, kekuatan Minangkabau itu terletak pada adatnya. Bahkan, lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak terlepas dari kekuatan rundingan yang dilakukan tokoh urang awak. Sebutlah Bung Hatta, Syahrir, Agus Salim serta tokoh lainnya.
"Tanpa rundingan yang kuat, kita tak bisa bayangkan entah ada negara ini entah tidak," ungkapnya. Jadi, katanya, perlu kiranya anak nagari menguasai kembali kekuatan adatnya sendiri. Kuncinya adalah kebiasaan. Sekecil apapun acara yang dibuat, harus ditegakan pasambahan, sehingga lidah anak muda tak merasa kaku untuk mengungkapkannya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar