Padang Pariaman--Selama ini keberadaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kabupaten Padang Pariaman terasa mati suri. Dia ada tapi terasa tidak ada kegiatannya. Dan demikian hampir dirasakan oleh mereka yang tergabung dalam pahlawan tanpa tanda jasa bidang agama itu, dari TK hingga SMA.
Kasi PAI Kemenag Kabupaten Padang Pariaman Suhendrizal mengakui hal tersebut. Untuk ini, melalui berbagai program dan gebrakan yang dilakukannya belakangan ini, kemajuan PAI mulai terasa. Setidaknya, semua guru PAI telah terstruktur dalam organisasi yang kuat.
"Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dari SD hingga SMA oleh guru PAI sudah aktif melakukan pertemuan, membahas berbagai hal yang menyangkut bidang tugasnya," ujar Suhendrizal, Selasa (19/12) kemarin di Padang Pariaman.
Kemudian, katanya, setiap guru PAI harus pula tergabung dalam Asosiasi Guru PAI Kecamatan, dan ini telah aktif di 17 kecamatan yang ada di Padang Pariaman. "Dalam rangka Hari Amal Bakti (HAB) ke-72 tahun ini, asosiasi guru PAI ikut meramaikan acara puncak HAB, yang ditandai dengan gerak jalan jantung sehat," ungkapnya.
Sepengetahuan Suhendrizal, Asosiasi Guru PAI Kecamatan ini baru ada di Padang Pariaman. Nah, ini sebuah prestasi yang amat luar biasa, yang tentunya dukungan penuh dari Kepala Kemenag dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman, Helmi dan Rahmang.
"Beberapa waktu lalu kita seleruh asosiasi guru PAI ini menggelar acara gelak tawa, yang intinya menyentuh berbagai persoalan di tengah masyarakat di Pantai Sungai Limau. Setelah itu, kita juga melakukan studi tiru ke Provinsi Aceh, yang terkenal kuat agama serta nilai-nilai adatnya," ungkap Suhendrizal.
Masih dalam rangka HAB, katanya lagi, akhir bulan ini asosiasi guru PAI ini menggelar debat yang mempertemukan seluruh guru PAI. Yang akan jadi topik perdebatan, adalah soal tahlilan, peringatan maulid, makan dan minum di rumah orang yang sudah meninggal, serta memperingati hari meninggal dan qunut Subuh. "Tentunya, perdebatan ini bukan untuk saling salah-menyalahkan. Namun, ingin mencari sumber hukum yang pas soal demikian," sebutnya.
Di samping itu, sambung Suhendrizal, guru PAI juga menggelar lomba pidato bagi guru PAI perempuan, dan lomba khutbah Jumat bagi guru PAI laki-laki. "Semuanya itu, tentunya bagian dari upaya memperlihatkan keberadaan PAI itu sendiri di tengah masyarakat, di tengah semakin minimnya jam pelajaran bidang agama di seluruh sekolah yang ada," katanya. (501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar