Sabtu, 30 November 2019

Catatan Perjalanan Semalam di Malaysia

Berbagai irama lagu yang dinyanyikan seolah mampu menghilangkan penat selama dalam perjalanan dari Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat ke Kota Dumai, Provinsi Riau. Apalagi sesekali, sebagian para penumpang yang terdiri dari Dinas Kominfo bersama sejumlah wartawan ikut nimbrung bernyanyi pula, mengiringi irama musik yang bisa dilihat dilayar tv bus Virkansa tersebut.
Dinas Kominfo Kota Pariaman dibawah kendali Hendri Chaniago dari 10 hingga 14 November 2019 memberangkatkan sejumlah pewarta yang bermitra dengan Pemko ke Kota Pelabuhan itu, dan berlanjut ke Melaka, Malaysia. Kota Dumai menurut Wikipedia adalah sebuah kota di Provinsi Riau, Indonesia, sekitar 188 kilometer dari Kota Pekanbaru. Dumai adalah kota dengan wilayah administrasi terluas ketiga di Indonesia, setelah Kota Palangka Raya dan Kota Tidore Kepulauan. Kota ini berawal dari sebuah dusun kecil di pesisir timur Provinsi Riau.
Menurut Hendri, kunjungan komparatif ke Diskominfo Kota Dumai untuk melakukan silaturrahmi dan saling berbagi informasi pelaksanaan aplikasi di sejumlah OPD di Pemko Dumai. Dari aplikasi yang sudah dikembangkan Diskominfo Dumai ada di antaranya yang bisa ditiru nantinya. “Pelaksanaan PPID di Kota Dumai juga terbilang bagus. Karena itu, kita ingin mengetahui sehingga bisa ditiru dalam meningkatkan kinerja PPID di Kota Pariaman,” kata Hendri didampingi Sekretaris Diskominfo Kota Pariaman Leni Amin.
"Kota Pariaman termasuk kota kecil dengan empat kecamatan. Dimekarkan dari Kabupaten Padang Pariaman tahun 2002, saat ini konsen dalam pengembangan pariwisata. Terutama wisata bahari pantai dan pulau. Ikon pariwisata Pariaman di antaranya Pulau Angso Duo yang kini lagi sedang mendunia. Kami menawarkan Diskominfo Kota Dumai dan OPD lainnya, termasuk masyarakat Dumai agar bisa berkunjung ke Kota Pariaman. Saat ini pariwisata menjadi unggulan dalam pembangunan,” tambahnya.
Hendri juga memperkenalkan dirinya yang dilantik menjadi Kadis Kominfo Kota Pariaman 17 September 2019 lalu, yang sebelumnya Sekretaris Kominfo sejak Mei 2019. “Pada kegiatan studi komparatif ini diikuti 26 orang wartawan media cetak, elektronik, tv dan online yang bermitra dengan Pemko Pariaman,” tutur Hendri.
Sementara itu Plt. Kepala Dinas Kominfo Kota Dumai Muhammad Fauzan sangat senang dikunjungi oleh Kepala Dinas Kominfo Pariaman bersama rombongan wartawan. "Melalui kunjungan kawan-kawan dari Kominfo Kota Pariaman bersama wartawan diharapkan akan saling menguntungkan. Pariaman belajar ke ke Dumai, sebaliknya Dumai juga ingin belajar ke Kota Pariaman," ulas Muhammad Fauzan.

Berbagi cerita dengan PKDP Kota Dumai

Senin, (11/11/2019) malam pertemuan dengan jajaran Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP). Sambutan hangat perantau urang awak terhadap rombongan dari kampung amat luar biasa. Ikut Ketua DPD PKDP Kota Dumai, H. Zaipul Asri, Sekretaris, Mifanur, Wakil Sekretaris, Deky Indrawan, Bendahara,  Jasli Zai, Wakil Bendahara, Bustami, Ketua niniak mamak, Sudirman (Buyuang Asoi), Ketua GEMPAR (Generasi Muda Pariaman) Kota Dumai, Ketua IK XII Koto, Zainal Auang, Ketua IKTMS (Tiku), Syaiful Madi, Ketua IK V Koto, Darlis Manto (Ajo Zidan),
Ketua DPC PKDP Bukit Kapur, Zaidir Chan, dan rombongan Bundo Kanduang.
Setelah dipandu Wakil Sekretaris DPD PKDP Kota Dumai, Deky Indrawan, Kadis Kominfo Kota Pariaman, Hendri pun menyampaikan beberapa hal, terkait perkembangan Pariaman yang kian maju dan berkembang. Pariaman tadangan langang, batabuik makonyo rami, agaknya tak lagi relefan karena kota yang berada di Pantai Barat Sumatera itu hampir setiap saat selalu ramai dikunjungi banyak orang dari berbagai daerah.
"Kunjungan ke Pulau Angso Duo mencapai tiga juta orang setiap tahunnya," kata Hendri. Menurutnya, kemajuan itu tentu tak terlepas dari dukungan dan sokongan penuh para perantau. Kunjungan ke Kota Dumai ini juga bagian dari memajukan Kota Pariaman.
Ketua PKDP Kota Dumai, H. Zaipul Asri merasa tersanjung dan senang dapat kunjungan kehormatan dari dunsanak di kampung. "Keberadaan PKDP Dumai sama halnya dengan PKDP Kota Pekanbaru. Telah banyak berkiprah, dan memiliki anggota yang lumayan banyak. Dulu, perantau urang awak terkenal pedagang ikan di pasar, kini telah banyak mengisi berbagai jabatan di Pemerintahan Kota Dumai.
Zaipul Asri mengakui kemajuan demi kemajuan terus bergerak di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Dan perubahan itu dilihatnya, karena dia acap pulang kampung. Hanya saja, perilaku sebagian pedagang kuliner di Piaman masih belum berubah dari pola lama, yang suka main pakuak.
"Pernah suatu kali kami makan di salah satu kedai nasi, yang ketika dihitung oleh penjualnya mencapai Rp900 ribu untuk enam orang," cerita Zaipul Asri. Padahal, Zaipul Asri telah ngomong dengan bahasa kampung, bahkan bahasa kampung yang paling lama sekali. MUngkin lantaran penjual lihat ada mobil plat BM, maka dengan seenaknya harga dinaikan.
Zaipul Asri merasa bertanggungjawan menyampaikan hal itu kepada rombongan Kominfo Pariaman, agar bisa diberikan penjelasan kepada dunsanak yang berjualan makanan di kampung, agar nantinya perilaku seperti demikian dihilangkan. "Bila perilaku ini dibiarkan, kita takut Pariaman akan ditinggalkan pengunjung. Kota kecil itu berharap banyak pemasukannya dari kunjungan wisawan," ungkapnya.
Lain halnya Sudirman. Ketua Niniak Mamak PKDP Dumai yang akrap dengan sapaan Buyuang Asoi ini minta jajaran Kominfo untuk menyampaikan perihal pembangunan jalan di kampungnya, tepatnya hubungan jalan dari Tanjung Medan, Kecamatan Ulakan Tapakis ke Sunua, Kecamatan Nan Sabaris. "Jalan yang rancak akan menunjang perekonomian masyarakat. Saya lihat jalan demikian sudah sangat lama tak diaspal. Padahal tiap tahun masuk dalam pembahasan Musrenbang," kata dia.
Ketua PWI Pariaman, A. Damanhuri yang ikut bicara malam itu menyampaikan, perlunya dukungan penuh dari seluruh perantau atas aturan yang diberlakukan di tengah masyarakat kampung halaman. "Kita tahu, Kota Pariaman dan Padang Pariaman sama-sama membuat aturan jam tayang orgen tunggal. Hanya dibolehkan dari pagi hingga petang. Nah, aturan itu perlu dukungan perantau, karena mulanya aturan demikian dibuat juga masukan dari perantau, lantaran prihatin melihat kondisi pertunjukan orgen tunggal di ranah yang dikenal kental dengan ajaran agama (Islam)," kata dia.
"Ada sebagian perantau yang ketika pulang kampung paling mendukung dan ikut larut dalam orgen tunggal yang main sampai Subuh menjelang," katanya. Tapi, itu tidak perantau dari Dumai ini. Perantau daerah lain. Kondisi ini tentu menjadi kurang elok. Seharusnya, ketika melihat hal demikian, perantau juga ikut melarang secara bersama-sama.

Semalam di Melaka

Selasa, (12/11/2019), sehabis sarapan pagi, Galaksi, pemandu rombongan Kominfo Kota Pariaman membagikan kembali tiket Ferry Indomal Ekspress dan paspor para peserta yang akan ikut ke Melaka. Dua mobil yang akan mengangkut rombongan ke pelabuhan pun siap untuk diberangkatkan. Dari penginapan ke pelabuhan tak begitu jauh. Sekitar 15 menit di atas mobil, rombongan pun sampai di pelabuhan ferry yang akan mengangkut rombongan ke negara tetangga satu rumpun dengan Indonesia tersebut.
Sekitar pukul 10.00 Wib, setelah melewati proses Imigrasi, rombongan menduduki bangku ferry yang sesuai petunjuk tiket. Melaka, seperti ditulis Wikipedia merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Pada tahun 2008, Melaka dinyatakan oleh UNESCO sebagai Bandar Warisan Dunia (World Heritage). Negeri Melaka dinyatakan sebagai 'Melaka Maju' di Stadion Hang Jebat yang disempurnakan oleh Perdana Menteri Malaysia langsung dari Putra World Trade Centre (PWTC), Kuala Lumpur.
Melaka juga dinyatakan sebagai Negeri Bandar (Kota) Teknologi Hijau. Negeri ini memiliki penduduk yang cukup berpendidikan tinggi, dengan tingkat literasi remaja 99,5 persen seperti yang dilaporkan oleh Laporan Tujuan Pembangunan Millennium 2015. Pada 2016, Melaka menjadi tempat teraman untuk tinggal di Malaysia. Tingkat jenayah indeks negeri turun 15,5 persen pada tahun 2017 dengan 3.096 kasus tercatat dibandingkan dengan 3.663 pada tahun 2016.
Laporan Sosioekonomi Negeri 2017 yang diterbitkan pada 26 Juli 2018 melaporkan bahwa Melaka adalah negara yang mencatat tingkat pengangguran terendah pada tahun 2017 dengan hanya 1,0 persen. Walaupun merupakan negeri pertama mendirikan kesultanan Melayu, Melaka kini tidak mempunyai seorang Sultan, sebaliknya negeri ini diketuai oleh seorang Tuan Yang Terutama (TYT) Negeri. Berbagai adat etnis dan tradisi bercampur dengan sempurna di Melaka. Kehidupan aman rakyat Melaka bersumber dari kehidupan berbagai kaum yang telah melahirkan orang-orang Melayu, Cina, India, Baba dan Nyonya, Portugis, Chitty dan Eurasia.
Selat terpanjang di dunia itu pun akhirnya dilewati dengan aman. Banyak cerita dan momen yang diabadikan selama melewati selat di ujung Sumatera ini. Tentu momen ini menjadi hal yang terpenting. Apalagi, rantau itu sesekali bisanya ditempuh. Ferry pun bersandar. Penumpang siap dengan bawaanya mengantri untuk keluar, dan melanjutkan proses pemeriksaan di Imigrasi Melaka.
"Selamat datang di Malaysia. Nikmati paket promo Asia Australia (Telp ke Indonesia-SMS-Internet) di My Telkomsel App," tulis Tselroaming yang menyumbul di layar HP.
Bas Pengantaran atau Bus Pariwisata di Indonesia siap untuk mengelilingi Melaka, sesuai tujuan penggunanya. Pertama yang dicari, ya tempat makan. Maklum, hempasan gelombang selama melayarti Selat Melaka perut mulai terasa lapar. Habis dari makan, dilanjutkan shalat di masjid Terapung atau Masjid Selat Melaka.
Seperti dilansir dari laman detiktravel, dengan luas 1,8 hektar, masjid ini menjadi rumah ibadah jamaah Muslim di Selat Malaka. Dalam satu kali ibadah, Masjid Selat Malaka bisa menampung 2.000 jamaah. Melihat masjid ini dari seberang pantai adalah salah satu spot terbaik. Wisatawan akan dibuai dengan keindahan arsitektur gabungan gaya melayu dan Timur Tengah.
Kubah yang berwarna kuning dikombinasikan dengan dinding masjid yang berwarna putih. Bukan cuma menghadap ke lautan, dekorasi kaca setengah lingkaran dibuat megah di atas pintu masjid, mempercantik tampilan rumah ibadah.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar