Selasa, 30 April 2019

Di Padang Pariaman Januari sampai Maret Ditemukan 34 Orang Penderita HIV-AIDS

Padang Pariaman--Visi pembangunan kesehatan sampai tahun 2025 adalah “Indonesia Sehat 2025”, yaitu keadaan masa depan masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata, dan memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan, yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan,
 mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan
 dalam konteks ini, platform untuk mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan kepada mobilisasi sosial dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan/memeratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang terjangkau,
 meningkatkan surveilans dan monitoring.
Selanjutnya, meningkatkan pendanaan masyarakat
 untuk mencapai visi dan misi dari Kementerian Kesehatan tersebut, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sudah mempunyai visi dan misi yang akan mendukung pembangunan, termasuk sektor kesehatan. Visi tersebut adalah terwujudnya Kabupaten Padang Pariaman yang Baru, Religius, Cerdas dan Sejahtera. MMelalui visi tersebut, ada empat misi yang ingin dicapai dan diwujudkan ke depan.
Wakil Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur menyampaikan hal demikian, Selasa (30/4) dalam rapat koordinasi pencegahan dan penanggulangan penyakit HIV-AID. Menurut dia, baru memiliki arti suatu perubahan wajah, ruang dan suasana, religius memiliki makna masyarakat yang menjunjung tinggi norma-norma agama, berpegang teguh kepada ajaran agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Sejahtera memiliki arti sebuah kondisi tercapainya taraf kehidupan yang layak dari sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya. Cerdas memiliki arti sebagai suatu kondisi masyarakat yang berkualitas dan berilmu pengetahuan," ungkap Suhatri Bur.
Menurutnya, dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, pemerintah dihadapkan pada berbagai masalah dan persoalan bangsa, terutama di bidang kesehatan. "Selain menghadapi transisi demografi, kita juga dihadapkan pada transisi epidemiologi penyakit. Artinya, di satu sisi kita masih dihadapkan pada masalah tingginya penyakit infeksi (baik re-emerging maupun new-emerging).
Mencermati situasi tersebut, kita perlu mewaspadai beberapa penyakit infeksi, terutama yang bersifat “new emerging diseases”, seperti HIV-AIDS, avian influenza (AI), maupun penyakit infeksi lain yang bersifat “re-emerging diseases”, seperti TBC, kusta, Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, termasuk penyakit kaki gajah (filariasis)," ujarnya.
"
Penyakit HIV-AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Sampai detik ini penyakit HIV-AIDS belum ada obatnya. 60 % penderita HIV-AIDS akan menderita penyakit TBC karena virus HIV ini menyerang sitem kekebalan tubuh penderita. TBC merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV-AIDS atau yang disebut ODHA (40 % kematian ODHA terkait dengan TBC).
 WHO memperkirakan jumlah pasien TBC dengan status HIV positif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,5 % terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya 3,3 % (Global Report WHO 2013)," ulas Wabup.
Penemuan cakupan TB tahun 2016 sebanyak 298.125 orang dan penemuan kasus HIV sebanyak 7.491 orang. Jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS dari tahun 1987 s/d 2016 sebanyak 86.780 orang.
Kegiatan kolaborasi TB-HIV di Indonesia merupakan rangkaian kegiatan bersama program pengendalian TB dan program pengendalian HIV yang bertujuan untuk mengurangi beban TB dan HIV pada masyarakat akibat kedua penyakit ini.

Data penemuan HIV-AIDS di Sumatera Barat dari tahun 2002 s/d 2017 HIV sebanyak 1.685 orang dan AIDS sebanyak 1.841 orang. Dan penemuan HIV-AIDS tahun 2018 Dinkes Sumatera Barat sebanyak 347 orang.
Jumlah penemuan kasus TB-HIV dari bulan tahun 2018 di Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 4 orang dan jumlah penemuan kasus baru TBC sebanyak 730 orang.

Jumlah penemuan kasus HIV-AIDS tahun 2018 sebanyak 43 orang. Dari 43 orang yang tertular HIV-AIDS tersebut, penyebab atau faktor resiko yang paling tinggi adalah hubungan sek laki-laki sek laki-laki (LSL) sebanyak 21 orang, sek bebas sebanyak 10 orang, pasangan positif HIV sebanyak 8 orang dan bisek sebanyak 4 orang.
Ini sangat singnifikan sekali karena pada tahun 2017 penemuan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Padang Pariaman ditemukan sebanyak 28 orang.
"Dan bulan Januari sampai dengan Maret 2019 ini saja sudah ditemukan sebanyak 34 orang penderita HIV-AIDS di Kabupaten Padang Pariaman.
Untuk mencegah penularan penyakit HIV-AIDS kita juga sudah melaksanakan upaya pencegahan melalui penyuluhan dan sosialisasi serta melaksanakan kegiatan GERNIS PAPA (Gerakan Nikah Sehat Padang Pariaman). Pada tahun 2018 sudah diperiksa sebanyak 5.258 orang dilakukan skrining/deteksi dini pada pasien TBC, ibu hamil dan calon pengantin.
Khusus calon pengantin sudah dilakukan pemeriksaan sebanyak 1.378 orang dan ditemukan HIV positif sebanyak 1 orang, shypilis sebanyak 2 orang, hepatitis sebanyak 4 orang dan positif hamil sebanyak 10 orang," ungkap Suhatri Bur.

Suhatri Bur menyebutkan, kegiatan GERNIS PAPA pada bulan Januari s/d Maret 2019 sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan pada calon penganten sebanyak 718 orang dengan hasil pemeriksaan HIV 0, sipilis 1 orang, hepatitis 2 orang, TBC 1 orang dan hamil sebelum menikah sebanyak 8 orang.
Dengan banyaknya penemuan kasus ini, maka Padang Pariaman sudah melakukan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular (TBC dan HIV) serta penyakit menular lainnya. Khusus untuk Kecamatan Lubuk Alung sudah terbentuk Yayasan Warga Peduli HIV (YWPH) dan Nagari Peduli TB dan HIV-AIDS. Kegiatan ini sudah terlaksana dan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan tentang TBC dan HIV-AIDS kepada masyarakat Lubuk Alung juga sudah dilakukan pada tahun 2018.
Dana untuk kegiatan sosialisasi TB dan HIV tersebut dianggarkan dari dana nagari di Kecamatan Lubuk Alung.
 Pada tahun 2019 ini Kecamatan Lubuk Alung juga membuat suatu inovasi yang bernama SALIHODA (Sahabat Peduli Orang dengan HIV-AIDS) di Nagari Singguliang. Kegiatan yang dilakukan adalah pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS melalui sosialisasi pada masyarakat dan menempelkan stiker-stiker informasi HIV-AIDS di rumah-rumah masyarakat.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh konselor-konselor sebaya sebanyak 12 orang. Konselor-konselor sebaya ini sudah dilatih terlebih dahulu oleh tim dari Puskesmas Lubuk Alung.
"Untuk itu diharapkan kepada kita semua agar dapat melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Semoga Kabupaten Padang Pariaman terbebas dari penularan penyakit menular," harapnya. (501)

1 komentar:

  1. judi sabung ayam dengan presentase kemenangan tertinggi
    Untuk info lebih lanjut bisa melalui:
    Proses deposit dan withdraw tidak terbatas dan 24 jam online hanya untuk member setia kami

    Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
    whatup : 08122222995
    BBM: D8C363CA

    BalasHapus