Selasa, 16 April 2019

Bayi Keluarga Miskin Pengidap Penyakit Tumor Kisi Itu 15 Hari Terdampar di M. Djamil Padang

Padang Pariaman--Tumor kisi dan benjolan di otak Zidan membuat bayi berusia lima bulan ini susah menjalani hidupnya, terutama pada saluran. Anak nomor satu pasangan Zulhendri dan Ratih ini telah terdampar 15 hari di RSUP M. Djamil Padang. Dari kampungnya di Sikucua, Kecamatan V Koto Kampuang Dalam, Padang Pariaman, pasangan muda suami istri ini langsung saja ke Padang, tanpa memikirkan biaya mahal, lantaran penyakit sang bayi sangat mengkhawatirkan.
Selasa (16/4) Zidan baru saja selesai menjalani sedotan benjolan di otak yang langsung ditangani doktor rumah sakit M. Djamil, dan langsung pula keluar dari ruang ICU. Zulhendri, pria berusia 39 tahun, ayah kandung Zidan mulai berpikir panjang. Kalkulasi biaya rumah sakit, hingga Selasa kemarin itu menurut informasi yang didapatkannya dari pihak rumah sakit telah mencapai Rp80 juta lebih.
Zulhendri dalam kesehariannya hanya buruah harian lepas. Mengerjakan apa yang bisa dilakukannya demi sesuap nasi pagi dan petang buat dia bersama istri dan anaknya. "Dari bincang-bincang dengan pihak manajemen rumah sakit, bayar dulu sebagiannya, lalu tinggalkan agunan, dan nanti setelah di rumah bisa diangsur sisa pembayaran," kata Zulhendri menceritakan parasaiannya.
Zulhendri yang di dampingi dunsanaknya, Syafrizal mengaku tak punya uang yang cukup. Termasuk apa yang akan dijadikan agunan, juga tak nampak sama sekali. Istrinya Ratih pun demikian. "Lewat BPJS tidak pula bisa cair, lantaran nama kita tak bersua dari daftar keluarga miskin. Kami tak tahu pula, bagaiman BPJS yang diberikan ini tak terinput dalam daftar orang-orang miskin penerima manfaat BPJS," ceritanya.
Kini, pasangan suami istri ini hanya bisa pasrah yang disertai gundah-gulana memikirkan biaya yang sebanyak itu. Semakin lama dia di rumah sakit, jelas akan bertambah pula biaya yang harus dibayarnya. "Memang, kondisi Zidan belum normal 100 persen. Tetapi, perkembangan kesehatannya terus membaik pasca disedot benjolan di bagian otaknya itu. Hanya saja sesekali anak ini mengalami pingsan. Kata dokter itu pengaruh sedotan," ulas Zulhendri.
Sebagai rang sumando baru di Sikucua, Zulhendri belum punya kemasukan yang banyak buat keluarganya. "Ambo banyak kerja di tukang las. Kalau pesanan lagi banyak, ya banyak pula kerjanya. Tetapi kalau lagi sepi, tentu berdampak pula pada kurangnya pemasukan buat keluarga. Hanya doa yang bisa saya perbanyak, mudah-mudahan Tuhan memberikan jalan terbaik dalam masalah ini," harapnya.
Sementara, Syafrizal, dunsanak Zulhendri telah melakukan usaha memasukan permohonan ke Baznas Padang Pariaman. "Permohonan sudah kita masukan sejak dua hari yang lalu. Tetapi lembaga zakat plat merah itu belum memberikan jawaban apapun terhadap masalah ini," ujarnya.
Memang, kata Syafrizal, pasangan suami istri ini satu dari sekian banyak rumah tangga miskin yang ada di Padang Pariaman. Untuk biaya hidup sehari-hari saja susahnya minta ampun, apalagi biaya puluhan juta untuk rumah sakit tersebut. Dan lagi, Zulhendri dan istrinya Ratih sama sekali tidak membayangkan akan semahal itu biaya pengobatan anak pertamanya ini. Sebab, akan berangkat ke Padang mereka mengantongi BPJS kategori orang miskin.
Nyatanya, setiba mereka di rumah sakit dan telah menjalani perawatan kenyataan berbicara lain. Dia mohon doa dan perhatian dari Pemkab Padang Pariaman soal BPJS-nya yang tak terdata tersebut. "Semoa saja doa orang susah ini dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa, sehingga kami menemukan jalan keluar terbaik dari kesulitan yang amat sangat ini," harapnya lewat nada sedih dan terenyuh. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar