Senin, 25 Juni 2018

Lewat Prosesi Ratik Tolak Bala Menjadikan Kembali Laut sebagai Sawah Ladang Masyarakat Katapiang

Katapiang--Laut sati rantau batuah. Filosofi ini agaknya menjadi pemicu oleh masyarakat Katapiang yang sebagian besar masyarakatnya bergantung pada laut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Senin (25/6) lalu sebuah tonggak sejarah yang sudah lama terputusnya, yakni prosesi maubek laut kembali digelar.
Maubek laut yang bersandar pada syariat agama (Islam) yang dibawakan para alim ulama yang ada di nagari itu bersama pemegang ulayat Katapiang, B. Rangkayo Rajo Sampono, adalah ratik tolak bala di sepanjang Pantai Panjang Katapiang, yang dimulai dari Masjid Raya nagari setempat.
"Kegiatan ini memang telah lama tidak kita lakukan. Dulu prosesi ini selalu dilakukan tiap tahun," kata Rajo Sampono. Acaranya dimulai dengan Manjalang Pawang yang dilakukan dua hari sebelum maubek laut. Maubek laut ditandai dengan menyembelih seekor kerbau, yang darahnya ikut hanyut dibawah ombak laut.
Menurut Rajo Sampono, laut di sepanjang Pantai Panjang Katapiang akhir-akhir ini dinilai banyak menampakkan kesaktiannya. Tak sedikit nyawa manusia yang hilang sia-sia akibat bermain ombak di laut. "Jadi, inti dari maubek laut ini, adalah memanjatkan doa dan kaji kepada Tuhan, agar seluruh masyarakat yang bersentuhan dengan laut ini diberi keselamatan, dan terhindar dari segala macam mara bahaya," ungkapnya.
Sambil para urang siak atau para tuanku dan labai membaca kalimat tauhid sambil berjalan, yang lainnya menyiram air yang bercampur dengan berbagai ramuan obat kampung yang terdiri dari daun-daunan. "Lebaran, merupakan awal babak baru bagi kehidupan masyarakat setelah sebulan berpuasa. Nah, para nelayan diharapkan kembali ke laut mencari yang namanya sesuap nasi untuk pagi dan petang bersama keluarganya," ulas Rajo Sampono.
Maubek laut, kata dia, adalah warih bajawek pusako batarimo dari yang tua-tua dulunya. "Sejak ulayat Katapiang di pegang Rangkayo Rajo Sampono, yang namanya maubek laut telah ada. Hanya saja belakang tradisi ini terhenti. Nah, sekarang kita mulai kembali, agar masyarakat Katapiang khususnya dan masyarakat Padang Pariaman umumnya diberikan keselamatan, dan terhindar dari ganasnya laut sebagai karunia Tuhan," ungkapnya.
Maka dari itu, sebut Rajo Sampono, dalam acara maubek laut ini dilibatkan seluruh alim ulama, niniak mamam, kapalo mudo, urang tuo nagari, walinagari dan walikorong serta pawang itu sendiri. "Besar harapan kita tertumpang pada maubek laut ini, bagaimana hasil tangkapan nelayan meningkat, yang dengan sendirinya mengangkat perekonomian masyarakat nelayan itu sendiri. Begitu juga, anak-anak yang diajak main-main di tepi Pantai Panjang Katapiang ini merasa aman dan nyaman, yang tentunya mereka juga dituntut untuk berhati-hati," pintanya.
Dengan ini, tambah Rajo Sampono, laut yang ada akan jadi ladang usaha bagi masyarakat. Bagi sebagian besar anak Nagari Katapiang, laut ini adalah sawah ladangnya. Dari laut mereka hidup, menghadang ganasnya ombak. Belum tentu hari akan siang, mereka sudah sampai di tengah lau. Pulang membawa ikan. Tiba di tepi, kadang-kadang harga ikannya dibeli dengan sangat murahnya.
"Tetapi, bagi nelayan hal ini tak menyurutkan semangatnya untuk terus melaut," kata Rajo Sampono. Seiring dengan itu, lewat ratik tolak bala ini juga diharapkan kehidupan nelayan meningkat dari yang sudah-sudah.
Usai acara ratik tolak bala menyisiri Pantai Panjang, mereka kembali ke Rumah Gadang Rangkayo Rajo Sampono untuk makan bajamba. Kerbau yang disembelih paginya, pada saat usai acara tentu sudah selesai pula dimasak oleh kaum bundo kanduang, yang dihidangkan dalam makam bajamba. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar