Pertumbuhan ekonomi daerah akan sangat ditentukan oleh tersedianya potensi lokal yang dapat menjadi unggulan daerah dan sekaligus dapat menjadi andalan bagi pertumbuhan ekonomi daerah, Kabupaten Padang Pariaman lama (Padang Pariaman, Pariaman dan Mentawai) semenjak zaman Belanda dikenal sebagai daerah sentra produksi kelapa jenis tanaman tua dengan multy produksi.
Tanaman kelapa atau Cocus nucufera dari Kingdom Palntae merupakan anggota tunggal dalam marga Coocus jenis suku aren-arenn atau Areacaceae, dikenal sebagai tanaman tahunan, tumbuhan berbatang tunggal ini dapat dimamfaatkan manusia dan dianggap sebagai tanaman serba guna, dalam sejarahnya diduga berasal dari samudra Hindia dan saat ini menyebar didaerah berpantai diseluruh wilayah tropika dunia.
Tanaman kelapa pada mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dapat menambah pendapatan masyarakat secara langsung, baik untuk pendapatan utama maupun pendapatan sampingan, hal ini disebabkan tanaman kelapa dapat diolah dan dikembangkan menjadi bermacam produk yang dapat dikonsumsi, baik sebagai produk unggulan rumah tangga berupa home indutri laiinya, bahan turunan kelapa dapat dijadikan sebagai kerajinan, mulai dari kipas, meja, kursi, kotak tisu sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Menurut data 2005 yang dirilis 12 Juni 2005 dikemukan bahwa Sumatera Barat mampu memberikan kontribusi devisa sebesar $.2,64 Juta, dari sektor ekspor kelapa, nilai ini cukup bersar. Dirilis dari data Kepala Dinas Pertanian (2017) produksi kelapa Kabupaten Padang Pariaman mampu mencapai jumlah 35,6 ribu ton (antara new), jumlah ini sangat besar dan hampir menguasai 35% dari prouksi kelapa di Provinsi Sumatra Barat.
Padang Pariaman dikenal sebagai daerah produsen kelapa dan ikutannya berupa kopra sebagai hasil turunan kelapa merupakan bahan dasar minyak kelapa, disamping memberikan produksi akhir sebagai bahan dasar pembentukan VCO (Virgin Coconut Oil) produk yang dikenal mempunyai nilai besar terhadap kesehatan. Disampingitu kelapa dikenal sebagai bahan asal kerajinan sapu lidi, yang keseharian menjadi kebutuhan pada kehidupan rumah tangga.
Jauh sebelum zaman reformasi, daerah seperti Sungai Sariak, Sungai Limau, daerah persisir pantai merupakan kawasan unggulan potensi kelapa, disamping kawasan timur seperti Parit Malintang, Sicincin dan kawasan sepanjang aliran Sungai Batang Anai, sehingga dikenal sebagai sentra unggulan rendang karena tersedianya kelapa unggul dan berkualitas untuk bahan dasar produksi kuliner tersebut.
Perobahan zaman dan dinamika waktu dan peobahan selera masyarakat, kondisi ini sedikit mengalami perobahan, potensi ekonomi yang selama ini mengandalkan buah kelapa, lidi dan batok kelapa yang sempat terkenal sebagai bahan dasar arang (caron) dan sabut kelapa sebagai bahan dasar exspor untuk peternakan dan bahan penganti pembuatan sapu ijuk, mulai terendus dan mengalami perobahan yang amat siqnificant, Era tahun 2000 an kelapa tidak lagi menjadi ungulan, malah tanaman yang selama ini dikenal dengan nama tanaman tua dengan fungsi multy aspek mulai menjadi tidak idola, kondisi ini mulai mengalami alih fungsi dan produksi, kalau tadinya buah kelapa dan lidi kelapa menjadi unggulan, beralih fungsi dengan batang kelapa malah menjadi promadona untuk bahan export terutama tanaman kelapa tua diminati sebagai bahan exsport keluar negri dan dijual dengan harga memadai dan bernuansa dollar sehinga sempat menjadi komoditi eksport unggulan, kondisi ini setidaknya merajai untuk dikirim keluar Pulau Sumatera sehingga menyebabkan banyak pelaku ekonomi melakukan perdagangan dan berburu pohon kepala, sehingga nilai produksi tumbuhnya mengalami alih fungsi.
Perkembangan perobahan permintaan bahan basal ini akhirnya menumbangkan pohon pohon kelapa tua yang berumur diatas 20 tahun sebagai produk unggulan, ditandai dengan masuknya peminat bahan asal jenis kayu ini, terutama pada kawasan barat Kabupaten Padang Pariaman. Perkembangan permintaan yang drastis tajam ini amat disayangkan tidak diatur dalam aturan yang jelas, yang mampu mengayomi atau menjadi pedoman dalam proses produksi dan tataniga batang kelapa, sehingga kelapa produktif dapat diselmatkan.
Dalam memparahankan potensi daerah sebagai daerah unggulan produksi kelapa, secara teknis pertanian penebangan kelapa tidak pula diikuti dengan cepat dengan proses peremajaan terencana. Penanaman kembali oleh petani dan pemerintah yang tidak dikelola secara maksimal, menyebabkan terjadinya perobahan tata ekonomi kelapa dalam kehidupan masyarakat.
Dalam perjalanan, ternyata dalam perkembangan waktu kelapa kembali menjadi unggulan primadona yang diminati dan diminta pasar, terutama sebagai bahan pemenuhan untuk potensi kuliner, dan bahan asalan untuk pembuatan santan bagi santan pabrikan. Dalam jangka panjang kelalaian dalam pola peremajaan kelapa akan menimbukan effek samping yang dapat merugikan bagi daerah. Memang secara langsung tidak mempengaruhi pada APBD daerah tetapi berpengaruh nyata pada PAD Kabupaten, terutama sangat mempengaruhi tingkat ekonomi langsung masyarakat tani kita,
Dalam jangka panjang penangan industri perkebunan kelapa akan dapat menimbulkan fenomena ekonomis, secara langsung secaraa fluxtuatif akan menimbulkan kendala pertumbuhan bagi ekonomi disektor industri produksi kelapa ini, setidaknya dalam estimasi waktu jangka 2 atau 3 kali pengantian Jabatan Bupati kedepan. Jika hal ini tidak dilakukan kajian serius terhadap potensi tanaman ini maka waktu akan menentukan terhadap terjadinya perobahan siqnificant pada nilai basal kuliner dan produksi home indutri lainnya. Walau tulisan ini tidak menjadi fokus pemeritah daerah, setidaknya sebagai putra daerah kita wajib menyelamatkan potensi daerah ini demi masa depan anak negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar