Sabtu, 09 Juni 2018

Bantai Adat Lahirkan Nilai Kebersamaan di Tengah Masyarakat Sintuak

Sintuak--Lebaran semakin dekat. Semua orang telah melakukan berbagai persiapan. Termasuk persiapan bantai adat di sejumlah nagari di Padang Pariaman, terutama pada bagian perkampungan.
Menurut  Zeki Aliwardana, ternak kerbau yang dibeli nantinya dipotong saat lebaran. Namanya bantai adat. Bantai adat ini persiapannya sudah dimulai pada patang 15 hari puasa. Maksudnya 15 hari puasa Ramadhan. Waktu itu setiap masjid atau surau di masing-masing korong (wilayah terkecil setelah nagari (desa), setingkat rukun warga di perkotaan) mulai mendata siapa saja yang ingin ikut bantai adat. Jamaah dan masyarakat korong mendaftar kepada pengurus. Kemudian pada patang 27, atau malam 27 puasa Ramadhan, dilakukan pembayaran uang yang sudah disepakati bersama.
Setelah semua pembayaran lunas, dapat dipastikan berapa uang terkumpul untuk membeli ternak kerbau. Pengurus sebelumnya sudah meninjau ternak yang akan dibeli di pasar ternak atau Talaok.
Bantai adat ini dilakukan di setiap korong atau surau. Ada korong yang hanya melakukan bantai adat di masjid (maksudnya pengurus masjid), ada pula di satu korong terdapat beberapa surau yang juga melakukan bantai adat. Sehingga satu korong ada yang melakukan bantai adat di 3 lokasi, karena ada 3 surau yang melakukannya.
Usai shalat Idul Fitri, ternak yang sudah dibeli dibantai di satu lokasi di Nagari Sintuak. Lokasi pembantaian ternak ini sengaja digabungkan agar lebih memudahkan penyelenggaraannya. Setelah dibantai, daging tersebut dionggok (ditumpuk) sesuai dengan jumlah yang sudah disepakati sebelumnya. Pembagian daging tersebut bukan dengan sistem berat per kilogram, melainkan onggok. Satu orang minimal memesan 1 onggok. Ada pula yang memesan lebih dari satu onggok, misalnya sampai 10 onggok. Satu ekor kerbau itu bisa menghasilkan 150 hingga 200 onggok.
Seseorang yang memesan daging baonggok (beronggok) lebih dari satu, berarti selain untuk kebutuhan dirinya sendiri, juga diberikan kepada orang lain. Misalnya, seorang mamak (paman) memberikan satu onggok untuk kemenakan, atau sebaliknya seorang kemenakan kepada mamaknya, seorang kakak memberikan kepada adik atau sebaliknya, adik memberikan kepada kakaknya. Ada juga diberikan kepada karyawan tertentu bagi seseorang yang memperkerjakan  orang lain dalam usahanya.
"Dengan pemberian daging tersebut, seseorang yang ikut bantai adat semakin meningkatkan silaturrahmi dan tali persaudaraan. Baik antara orang yang memberi dengan yang menerima, maupun peserta bantai adat baonggok sesamanya. Seseorang yang turut  bantai adat ini juga sebagai tanda bersedia hidup bakorong bakampung (bermasyarakat)," tutur Zeki Aliwardana yang juga Ketua Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nagari Sintuak ini.
Kata dia, membantai adat di lingkungan Nagari Sintuak ini merupakan warih bajawek, pusako batarimo dari zaman saisuak. Dan tentu hal ini harus dilanjutkan. "Ini akan melahirkan nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat korong terkait," ungkapnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar