Minggu, 05 Maret 2017

Panas Lubuk Alung Bergejolak

KNPI Enam Lingkung Gelar Sunatan Masal dan Tablig Akbar

Enam Lingkung--Pimpinan Kecamatan (PK) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Enam Lingkung, Padang Pariaman bersama DPD KNPI setempat melaksanakan kegiatan tablig akbar, zikir dan sunatan masal gratis. Kegiatan yang diadakan Rabu (29/6) di surau Baiturrahman, Kampuang Suduik, Nagari Koto Tinggi itu dihadiri Asisten III Setdakab, H. Taslim, sekaligus mewakili Bupati Ali Mukhni.
    Dalam sambutannya, Taslim menegaskan acara ini sangat baik dan positif dalam rangka pembinaan generasi muda. Untuk itu, Pemda sangat setuju dan mendukung sepenuhnya acara ini, semoga kedepannya KNPI juga bisa melaksanakan ditempat yang lain, dalam wilayah Padang Pariaman.
    Ketua DPD KNPI Padang Pariaman, Zahirman mengatakan, acara ini merupakan program kerjasama antara DPD dengan PK KNPI Kecamatan Enam Lingkung, dalam rangka memperingati HUT KNPI yang ke-38. Disamping itu, DPD KNPI dalam mengadakan kegiatan, selalu melibatkan dan bekerjasama dengan PK KNPI dan OKP.
    Beberapa kerjasama yg sudah dilakukan tahun ini, kata dia, diantaranya, Open turnament sepakbola se Sumatra KNPI cup yang bekerjasama dengan PK KNPI Batang Anai, open turnamen futsal Se Sumatra Barat yang bekerjsama dengan PK KNPI V Koto Kampung Dalam.
    Selanjutnya, tambah Zahirman, KNPI selalu membantu program Pemkab Padang Pariaman dalam rangka percepatan pembangunan untuk bisa bangkit dari musibah gempa bumi. "KNPI siap bekerjasama, baik sebagai penyelenggara maupun sebagai fasilitator dan pengawas kegiatan pemerintah," kata dia.
    Sementara, Tuanku Jali Sadana dalam ceramah tablik akbar menyebutkan, kerja bakti berupa sunatan masal yang digelar saat ini, patut diberikan ajungan jempol. Ini merupakan bagian dari perbuatan amal shaleh yang harus terus dilakukan ditengah masyarakat, agar masyarakat miskin tidak merasa terpinggirkan.
    Hadir juga pada kesempatan itu, Camat, KUA Enam Lingkung, Pengurus KNPI kabupaten dan PK KNPI Kecamatan Enam Lingkung, dan Walinagari Koto Tinggi. Setelah tablik akbar dan zikir, acara dilanjutkan dengan khitanan, sebanyak 35 anak tidak mampu yg dikhitan. Disamping itu, anak-anak tersut juga diberi bantuan berupa 1 helai kain sarung. Peserta khitanan itu berasal dari Enam Lingkung, Nan Sabaris, Sintuak Toboh Gadang, dan Lubuk Alung. (dam)
-----------------------------------------------------------------

Masyarakat Koto Baru Butuh Jembatan Permanen

Padang Sago--Masyarakat Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, Padang Pariaman sangat mengharapkan adanya pembangunan sebuah jembatan permanen, yang akan mempercepat dan memperlancar hubungan masyarakat yang masih tertinggal itu dengan berbagai akses yang ada diluar sana. Satu-satu jalan yang bisa cepat, ya harus ada jembatan. Rajang atau jembatan gantung yang telah berkali-kali diganti hanya bisa untuk motor. Mobil tak bisa.
    Keinginan itu dikemukakan Tuanku Afredison, salah seorang tokoh masyarakat setempat, saat menerima bantuan air bersih dari Dompet Dhuafa Singgalang, Senin lalu. Katanya, kalau masyarakat Koto Baru ingin keluar dari kampung yang dianggap tersuruk ini harus lewat jauh ke pusat kecamatan di Padang Sago dan Tandikek. Padahal, jalan yang terdekat itu lewat Buluah Kasok, Sungai Sariak.
    Namun, kata Ketua Bamus Koto Baru ini, hingga kini masyarakat hanya berharap. Rajang yang melintasi sungai Batang Mangoi tersebut telah lama dibangun dengan swadaya, dan telah berkali-kali pula diganti lantainya. "Kalau saja ada jembatan permanen, kita yakin pertumbuhan ekonomi masyarakat Koto Baru akan melaju kencang. Sedangkan masih dalam kondisi saat ini, sempat juga salah satu kelompok tani di Koto Baru ini juara tingkat Sumbar beberapa waktu lalu," kata dia.
    Disisi lain, Afredison juga merasa bersyukur, akhir-akhir ini masyarakat Koto Baru sangat merasakan, betapa banyaknya bantuan berbagai pihak yang datang kekampung tersebut. Tak terkecuali juga ada bantuan Pemkab Padang Pariaman, dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan masyarakat itu sendiri.
    Sementara, Asisten II Setdakab Padang Pariaman, Irwan Datuak Nando yang mewakili Bupati Ali Mukhni berjanji akan menyampaikan keinginan masyarakat Koto Baru tersebut kepada bupati dan Pemkab. "Sebenarnya, saat goro bersama di Masjid Raya Koto Baru beberpa waktu lalu, telah dibicarakan, bahkan juga telah dibicarakan dengan sejumlah perantau, tentang pentingnya sebuah jembatan permanen, yang menghubungkan Koto Baru dengan Sungai Sariak," kata dia.
    Irwan minta kepada masyarakat Koto Baru untuk bisa mensyukuri apa yang diberikan berbagai pihak, seperti bantuan air bersih Dompet Dhuafa Singgalang, dan lain sebagainya. "Sebab, kita yakin, bila yang ada saat ini kita syukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya dengan nikmat yang lain. Semoga saja yang lain itu berbentuk jembatan permanen, sesuai apa yang dinginkan masyarakat," ujarnya. (dam)
---------------------------------------------------------------------

-Panas Lubuk Alung Bergejolak
Lembaga Lemapora Kembali Hadir Dengan Pro dan Kontra

Lubuk Alung--Masyarakat Lubuk Alung, Padang Pariaman akhir-akhir ini mulai diresahkan oleh aktiviats lembaga Lemapora. Lembaga yang menjanjikan berbagai bantuan pascagempa tersebut, membuat Lubuk Alung bertambah panas. Pro kontra diantara masyarakat pun tak dapat dihindarkan lagi, antara yang mendukung dan yang menolak kehadiran lembaga dimaksud.
    Adalah Aliansi Pemuda Islam (API), sebuah forum pemuda yang bermarkas di Mushalla Nurul Huda, Pasar Lubuk Alung mengeluarkan pernyataan sikap, tentang penolakan lembaga Lemapora di kampung tersebut. Lewat suratnya kepada Muspika Kecamatan Lubuk Alung, tertanggal 13 Juni 2011, dengan nomor 001/PS/Pemuda Islam/VI/2001, surat yang ditandatangani langsung Koordinator API, H. Ruhil Fajri mendesak pemerintah agar segera mencabut Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Lemapora dimaksud.
    Kepada Muspika Lubuk Alung, dia mendesak benar-benar membasmi lembaga itu sampai ketingkat paling bawah. Hal itu, sebut dia, sesuai dengan hasil rapat MUI Lubuk Alung pada 14 Mei 2011 yang dihadiri Wakil Bupati Padang pariaman, H. Damsuar Datuak Bandaro Putiah, di Masjid Nurul Ilahi, tentang kerusakan yang ditimbulkan akibat lembaga tersebut. "Berdasarkan temuan yang kita dapatkan dilapangan, sepenuhnya masyarakat tidak tahu-menahu soal pencabutan lembaga Lemapora, sehingga sampai sekarang lembaga itu masih terus melakukan aksinya ditengah masyarakat Lubuk Alung," kata dia.
    Menurut dia, pemerintah tidak boleh lagi membiarkan masyarakatnya hanyut dalam kesesatan. Apalagi lembaga Lemapora telah dinyatan sebagai kelompok yang menyesatkan, dan dapat merusak aqidah umat. Surat pernyataan itu juga ditembuskan kepada MUI kabupaten dan Provinsi Sumatra Barat, Muspida dan Pemkab Padang Pariaman, dan Pemrov Sumbar.
    Ketua Umum MUI Kecamatan Lubuk Alung, Zainal Tuanku Mudo ketika dihubungi membenarkan adanya pengembangan lembaga dimaksud ditengah masyarakat wilayah kerjanya itu. "MUI telah lima kali melakukan pembahasan, terkait soal kasus yang ditimbulkan oleh Lemapora. Orientasi masyarakat yang masuk lembaga itupun banyak yang berhubungan dengan bantuan untuk rehab rekon rumahnya," kata dia.
    Zainal melihat, lembaga Lemapora memang tidak membawa sebuah ajaran. Hasil kajian, mereka hanya mengimingi bantuan ditengah masyarakat. Untuk itu, sangat sulit mengatakan, kalau lembaga itu menyesatkan kehadirannya. MUI hanya menyarankan kepada masyarakat, agar selalu berhati-hati dalam menyikapinya.
    "Untuk memberantas demikian, tak cukup hanya MUI. Harus melibatkan banyak pihak, ya niniak mamak, tokoh masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Sekaitan, MUI telah memberikan yang terbaik, Pemkab harus memberikan tindakan tegas pula, agar masyarakat tidak terlalu jauh dalam soal ini," kata Sekretaris Umum MUI Padang Pariaman ini.
    Zainal melihat, saat ini masyarakat yang bergabung dilembaga itu cukup banyak, dan tidak sedikit pula yang telah mengundurkan diri. Nah, ini perlu tindakan pemerintah, dalam arti penting penyelamatan masyarakat dari berbagai ancaman, termasuk yang akan merusak aqidah itu sendiri.
    Memang dari dokumen yang diterima API, ada ratusan masyarakat Lubuk Alung yang telah mengundurkan diri dari keanggotaan Lemapora dimaksud. Diantaranya, Nurhayati yang beralamat di Rimbo Panjang. Dia mundur lewat surat tertulis tertanggal 1 Juni 2011. Dalam suratnya kepada Ketua Lemapora itu, dia minta dikembalikan seluruh arsip dan data-data yang pernah diminta dulunya. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar