Senin, 06 Maret 2017
-Lewat Pupuk Organik Menuai Keberhasilan di Lahan yang Sering Gagal Panen
-Lanjutkan Konsolidasi ABS-SBK
Datuak Pado Basa Pimpin KAN Lubuk Alung
Lubuk Alung--Gonjang-ganjing Kerapatan Adat Nagari (KAN) Lubuk Alung, Padang Pariaman selesai sudah. Suharman Datuak Pado Basa berhasil memenangkan pemilihan Ketua KAN setempat, Rabu (11/5) di Masjid Raya Ampek Lingkuang. Pemilihan yang dilakukan secara domekratis tersebut, diikuti tiga calon Ketua dari 10 calon yang berhak maju. Masing-masing. S. Datuak Rajo Basa, Suharman Datuak Pado Basa dan JS. Datuak Marajo.
Pada musyawarah KAN yang dipimpin Bachtiar Sultan Datuak Panyalai itu, telah ada kata sepakat sejak dulunya, bahwa yang boleh jadi Ketua KAN adalah niniak mamak yang 10. Sebab, di Lubuk Alung terkenal dengan istilah basa barampek, pucuak baranam, maka berjumlah 10 orang. Mereka itulah secara adat yang menguasai nagari Lubuk Alung, sejak nagari itu ada. Kesepakatan tersebut berlanjut untuk ketetapan KAN, dimana setiap pemilihan kepengurusan organisasi niniak mamak tersebut, yang Ketuanya harus berasal dari yang 10 demikian.
Sementara, yang memberikan hak suaran dalam pemilihan tersebut sebanyak 35 niniak mamak Lubuk Alung plus Pungguang Kasiak dan Buayan, Kecamatan Batang Anai. Dari suara yang sebanyak itu, 14 suara diraih Datuak Pado Basa. Sedangkan Rajo Basa dapat 12 suara, dan JS. Datuak Marajo 8 suara, dan satu suara dinyatakan tidak sah, lantaran salah tulis nama.
Pimpinan sidang, Bachtiar Sultan Datuak Panayalai, dan seluruh niniak mamak yang hadir dalam rapat tersebut memberikan kewenangan kepada Ketua KAN terpilih, untuk segera melengkapi komposisi pesonalia kepengurusan KAN Lubuk Alung untuk masa bakti 2011-2016. Sebab, yang dipilih dalam rapat demikian baru seorang Ketua, sesuai apa yang diamanatkan dalam AD/ART LKAAM itu sendiri, sebagai induk organisasi KAN.
Terpilihnya Datuak Pado Basa dalam pemilihan KAN yang dilakukan lima tahun sekalin itu, tidak terlepas dari trik recor dia selama ini ditengah masyarakat Lubuk Alung. Dia satu dari niniak mamak yang 10, yang telah malang melintang. Pernah menjabatat sebagai Kepala Desa Koto Buruak di era Orde Baru dulunya. Hingga kini, pemikirannya masih diperlukan oleh masyarakatnya sendiri, baik di Koto Buruak, maupun di Lubuk Alung secara keseluruhan.
Kepada Singgalang, Suharaman Datuak Pado Basa menyampaikan terima kasih kepada seluruh niniak mamak yang telah mempercayakan amanah tersebut kepada dirinya. "Kita akan lakukan yang terbaik, terutama dalam konsolidasi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABS-SBK). Hal itu terwujud, tentu dengan adanya kebersamaan dari semua pihak yang ada dalam Kenagarian Lubuk Alung," kata dia. (dam)
--------------------------------------------------------------
-Lewat Pupuk Organik
Menuai Keberhasilan Dilahan yang Sering Gagal Panen
Lubuk Alung---Dilandasi dengan semangat yang tinggi, dan kemauan yang keras, kegagalan yang sering dijumpai lain orang, agaknya bisa beralih menjadi keberhasilan. Itulah yang dilakukan Zeki Aliwardana, 26, dalam mengolah sawah yang dia patigoan, dengan sistem bagi hasil di Kampung Sabalah, Lubuk Alung. Sawah seluas kurang lebih satu hektare itu berhasil ditanami padi.
Selama ini, sang pemilik sawah merasa mengeluh, lantaran sering gagal panen. Bahkan, sebelumnya sawah yang terletak di tepi jalan lintas Padang-Bukittinggi itu sempat juga diolah oleh orang lain, namun tidak membawa hasil yang diinginkan penggarap.
Zeki, seorang pemuda gigih yang dikenal suka bertani. Dia sudah biasa dengan tantangan seperti demikian. Buktinya, banyak lahan sawah yang sering gagal itu, ketika ditangannya bisa berhasil, dan bahkan membuahkan hasil yang dinilai lebih. Buktinya, sawah tersebut ketika dibawakan dengan benih jenis Lembah Bawan, dan dengan menggunakan pupuk organik, hasilnya sangat melipah.
Dia baru saja memanen padi tersebut. Sawah itu telah dia jadikan sebanyak tiga kali jadi, atau selama setahun ini. "Selama itu, Alhamdulillah menghasilkan padi yang cukup menggiurkan. Dari benih yang hanya tiga kantong, mampu menghasilkan 22 karung, atau 880 padi istilah Piamannya," kata dia.
Untuk tahap selanjutnya, Zeki juga diminta untuk menambah tumpak sawah oleh sang pemilik sawah tersebut. Sebab, yang punya sawah merasakan betul tidak ada lagi orang lain yang mau menjadikan sawahnya, lantaran banyak mengecewakan petani.
Zeki melihat, faktor keberhasilan itu tidak bisa dilepaskan dari pupuk organik yang dia olah sendiri. Sebab, hal itu telah lama dia gunakan untuk tanaman padi. "Dengan pemakaian pupuk non kimia itu, maka akan mampu meningkatkan unsur hara tanah, yang selama ini telah tercemar akibat dari zat kimia yang pada umumnya digunakan oleh banyak petani," ujarnya.
Penggunaan pupuk organik yang dilakukan Zeki tidak banyak diketahui patani lain. Banyak orang lain melihat dan tercengang melihat Zeki ketika panen. Sebab, selama ini dan banyak orang yang telah mengerjakan sawah tersebut, hanya mengalami kerugian. Sementara, ditangan Zeki lah sawah itu mampu memberikan yang terbaik. Pemilik sawahpun merasa senang dengan adanya Zeki membuat sawahnya.
Zeki ingin mengembangkan dunia pertanian sawah itu secara profesional. Artinya, disamping sebagai penggarap sawah, dia juga ingin memasarkan beras spesifik organik yang selama ini belum ada di Padang Pariaman. Namun, itu baru sebatas keinginan dan cita-cita sebagai seorang petani kampung yang masih harus banyak belajar tentang cara dan tekhnis pemasaran demikian.
Keinginan itu timbul, ketika banyak orang lain yang memberitahu kepadanya, tentang enaknya beras yang dihasilkan dari pupuk organik tersebut. Memang, aku Zeki, beras yang dihasilkan akibat dari memakai organik, disamping rasanya enak, buah padi pun bertambah. Bahkan, jumlah biji yang dihasilkan dalam satu tangkai mencapai 300 biji. Sedangkan menurut standar biasa, dalam setiap tangkai hanya mampu menghasilkan 100-220 biji. Itulah dinamika kalau menggunakan pupuk organik. (damanhuri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar