Lubuk Pandan Berawal Dari Sebuah Pemandian
Lubuk Pandan--Lubuk Pandan adalah nama sebuah nagari, yang merupakan pemerintahan terendah dalam wilayah Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. Secara geografis, nagari ini merupakan dataran rendah, memiliki hamparan persawahan yang cukup luas, dipagari oleh pohon-pohon kelapa yang tumbuh disekelilingnya. Lubuk Pandan juga termasuk nagari yang dialiri sungai Batang Ulakan, yang mengalir disepanjang nagari. Ditepi sungai berdiri dengan sangat sederhana sebuah bangunan yang cukup tua, Masjid Raya Lubuk Pandan namanya, dan beberapa surau yang menjadi milik kaum/suku, tampak menghiasi pinggiran sungai di nagari tersebut.
Menurut Mothia Azis, sang walinagarinya, Lubuk Pandan berbatasan dengan wilayah sebelah utara dengan Nagari Sicincin, sebelah selatan dengan Nagari Pakandangan. Sebelah barat dengan Nagari Sungai Asam dan sebelah timur dengan Nagari Parit Malintang. Nagari Lubuk Pandan memiliki lima korong, yakni Korong Kampung Guci, Kampung Panyalai, Balai Satu, Kiambang dan Padang Bukit. Lubuk Pandan menjadi perlintasan nagari-nagari sekitarnya. Hal itu didukung oleh kondisi jalan, sebagai penghubung nagari sekitarnya yang cukup baik dan beraspal hotmix, sehingga arus transportasi relatif lancar dan mudah dijangkau dari berbagai tempat.
Jarak antara Lubuk Pandan dengan pusat Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung di Sicincin kurang lebih 1,5 kilometer, dan 20 kilometer sebelah barat pusat Kota Pariaman, serta 42 KM di sebelah utara ibukota Provinsi Sumatra Barat. Nagari ini memiliki luas wilayah kurang lebih 684 hektare, yang terdiri dari 171 hektare areal persawahan, 137 hektare tempat usaha perikanan. Untuk pemukiman dan prasarana sosial 345 hektare dan lain-lainnya 31 hektare. Saat ini penduduk Lubuk Pandan berjumlah kurang lebih 5260 jiwa yang terdiri dari 1169 kepala keluarga, dengan perimbangan 55 persen laki-laki dan 45 persen perempuan. Jumlah laki-laki yang lebih banyak dari jumlah perempuan pada data diatas, umumnya terdiri dari para lanjut usia (Lansia), yang biaya hidup sehari-harinya dikirimkan anak atau keluarganya dari perantauan.
Dari pembicaraan lisan, nama Lubuk Pandan berasal dari nama tempat pemandian anak nagari di sungai Batang Ulakan, yang terletak di depan Masjid Raya Lubuk Pandan, dimana di sekitar pemandian tersebut, banyak ditumbuhi tanaman pandan. Sedangkan lubuk, berarti bagian terdalam dari tempat pemandian tersebut. Berdasarkan itulah terlahir yang namanya Lubuk Pandan.
Mothia Azis yakin, Kaum atau suku pertama kali membangun nagari itu, adalah suku Panyalai dan Guci. Hal itu dikarenakan, adanya Korong Kampung Guci dan Kampung Panyalai. Sementara suku Koto, Sikumbang, Tanjung, Jambak merupakan orang yang datang kemudian. Artinya, mereka yang datang kemudian itu merapat kepada dua suku yang datang lebih awal tersebut. "Adat diisi, limbago dituang". Itu pepatah yang pantas untuk kaum yang datang kemudian, terhadap kaum yang datang lebih awal.
Katanya lagi, perekonomian masyarakatnya yang pada umumnya bergerak pada sektor pertanian dan perikanan, berjalan relatif baik serta mampu membawa nagari itu pada tataran yang diperhitungkan. Banyak yang datang kenagari itu untuk membeli bibit ikan, lantaran banyaknya masyarakat Lubuk Pandan, yang mengelola bisnis tambak ikan tersebut.
Mothia Azis merupakan walinagari pertama, sejak nagari itu dimekarkan, yang terpisah dari nama lamanya, Pakanbaru. Dan itu merupakan nagari pemekaran pertama pula di Padang Pariaman. Pemakaran itu juga menghilangkan nama Pakanbaru, yang selanjutnya dijadikan dua nagari, yakni Lubuk Pandan dan Sungai Asam. Namun, ketika bicara soal adat salingka nagari, tentu kedua nagari yang terletak di Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung itu tidak bisa dipisah-pisahkan.
Karir Mothia Azis cukup baik. Bahkan, Ketua Forum Walinagari se Padang Pariaman itu murni diminta lagi untuk yang kedua kalinya melanjutkan kepemimpinan dinagari yang terkenal juga dengan pondok pesantrennya itu. Dia dikenal sebagai walinagari yang pandai memimpin masyarakat. Apapun yang menjadi keinginan masyarakat dalam nagari, Mothia Azis selaku walinagari tetap memberikan yang terbaik, meletakkan sesuatu pada tempat. (damanhuri)
--------------------------------------------------------------------
-Hasil Mudzakarah MUI
Mengembangkan Ajaran Sesat Dengan Imingan Bantuan
Pariaman--Bupati Padang Pariaman, H. Ali Mukhni mengajak para ulama daerah itu untuk terus memberikan yang terbaik ditengah masyarakat. Meskipun daerah bekas gempa itu terbilang kondusif dari berbagai ajaran dan aliran yang menyesatkan aqidah masyarakat, sebagai pemimpin ditengah masyarakat tetap harus waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam soal aqidah demikian.
Ajakan itu disampaikan Bupati Ali Mukhni, Sabtu (25/6) di Hall Saiyo Sakato, saat mudzakarah tentang aliran sesat, yang diadakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padang Pariaman. Katanya, Pemkab tetap mendorong kegiatan-kegiatan yang pada intinya menguatkan iman masyarakat itu sendiri.
"Apalagi, pascagempa 2009 lalu, banyak hal yang membuat kita resah dan gelisah tentang berbagai pihak yang melakukan kegiatan yang berujung pada pemurtatan. Namun, disini pulalah hebatnya iman masyarakat. Uang dan makanan dia ambil, tetapi imannya tak pernah goyah. Meskipun Injil telah banyak yang diserakkan," kata dia.
Ketua MUI Padang Pariaman, H. Chairuddin dalam makalahnya menilai, aliran yang paling baru berkembang di daerah ini, adalah yang dikembangkan Yuridis asal Pilubang, Sungai Limau dengan beberapa nama lembaga, seperti lembaga Kandang Rasul, Lemapora, Subabane Poal Sedaisin dan beberapa nama lainnya.
Menurut dia, MUI telah menerima laporan pertama kali dari Walikorong Dusun II, Nagari Sungai Durian. Lembaga tersebut ternyata memberikan iming-imingan bantuan rumah masyarakat pascagempa senilai Rp100 juta, dan gaji tetap sekian juta setiap bulannya. KTP, KK, surat nikah masyarakat dikumpulkannya. Anehnya, aliran yang timbul itu juga ikut membuat banyak pemuka agama, seperti tuanku berpolemik antara yang menerima dan menolak.
"Secara tertulis, hasil kajian tentang aliran sesat itu telah kita laporkan kepada MUI Provinsi Sumatra Barat. Kepada masyarakat, kita berharap, agar tidak mudah terpengaruh oleh iming-iming uang yang banyak yang dijanjikan oleh lembaga yang tidak jelas ujung pangkalnya itu," katanya.
Selain Ketua MUI, Kapolres Padang Pariaman, AKBP. Eko NUgrohadi, Kejari dan Dosen STKIP Pauh Kambar, Rahmat Tuanku Sulaiman juga ikut memberikan materi saat mudzakarah demikian. Pada kesempatan itu juga hadir sebagai peserta, para ulama, niniak mamak, bundo kanduang dan sejumlah pimpinan pondok pesantren yang ada didaerah itu. (dam)
----------------------------------------------------------------------
Tumbuhkan Semangat Baca Quran Dengan MTQ
Lubuk Pandan--Sebanyak 18 TPA/TPSA dan MDA yang ada di Kenagarian Lubuk Pandan, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Padang Pariaman mengikuti MTQ tingkat nagari itu, Minggu (26/7) di Masjid Raya Lubuk Pandan. Kegiatan yang intinya mensyiarkan minat baca kitab suci itu dilakukan, mengingat semakin tingginya motivasi anak-anak yang tengah mendalami ilmu Quran.
Walinagari Lubuk Pandan, Mothia Azis kepada Singgalang menyebutkan, disamping MTQ bidang bacaan Quran, juga dilombakan asmaul husna, shalat jenazah, shalat berjamaah, hafalan ayat pendek. Peserta, disamping anak-anak, juga ada tingkat remaja dan dewasanya.
Pihak nagari dalam hal ini, kata dia, hanya memfasilitasi keinginan bersama seluruh pengelola dan pimpinan TPA dan MDA yang ada, bersama walikorongnya. Untuk itu pula, seluruh biaya yang ditimbulkan dalam kegiatan ini yang mencapai Rp39 juta, berasal dari masyarakat seluruh korong yang ada di Lubuk Pandan.
Mothia Azis melihat, kegiatan yang dilakukan itu, sekaligus untuk menyambut program pemerintah, tentang pentingnya sertifikat anak-anak yang akan melanjutkan jenjang pendidikan SMP. Itu pulalah, dalam MTQ ini sekaligus memberikan sertifikat kepada anak-anak yang dianggap telah mampu membaca Quran oleh gurunya.
Menurut Ketua Forum Walinagari se Padang Pariaman itu, disamping yang punya nilai bagus diberikan hadiah, pihaknya juga memberikan hadiah secara cuma-cuma kepada seluruh peserta MTQ. Hadiah berupa trofi dan tabanas itu diberikan merupakan rangsangan, agar anak-anak itu lebih giat lagi mengejar kemampuan dan prestasi keagamaan ditengah masyarakat. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar