Rabu, 26 April 2017

Tinggal di Rumah Buruk tak Berlistrik Dua Anak Jetri Murni Mengalami Idiot dan Hernia

Tinggal di Rumah Buruk tak Berlistrik
Dua Anak Jetri Murni Mengalami Idiot dan Hernia

Patamuan---Tak ada penerangan listrik di rumahnya. Mungkin karena rumahnya jauh di tepi bukit, yang kalau ke sana harus berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer menempuh pematang sawah, maka arus listrik belum dimasukan oleh PLN.
    Rumah milik pasangan Jetri Murni dan suaminya Tardi itu termasuk rumah tangga paling miskin. Rumah semi permanen yang belum siap itu merupakan rumah bantuan dari program rumah tak layak huni. Pasangan ini punya anak 14 orang putra dan putri. Luar biasa karunia Tuhan yang didapatkan dari hasil perkawinannya.
    Terletak di Guguak, Korong Sawah Tuko, Nagari Kampuang Tanjuang Koto Mambang Sungai Durian, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman. Rabu (26/4) kemarin sejumlah wartawan diajak Komunitas Facebook Peduli Dhuafa melihat dari dekat kehidupan Jetri Murni dan keluarganya. Komunitas ini sedang melakukan program bantuan untuk menyudahkan rumahnya.
    Dua dari 14 anak Jetri Murni mengalami penyakit idiot dan hernia, lantaran step dari kecil. 20 hari yang lalu, Jetri Murni melahirkan anak yang ke-14, seorang laki-laki rancak yang belum dia beri nama. Anaknya itu lahir di rumah sakit umum, lantaran pendarahan hebat yang tak bisa ditolong oleh bidan setempat. Jetri Murni sendiri sudah lama pula mengidap penyakit gondok, yang cukup membesar di bagian lehernya.
    Empat dari 14 anak Jetri Murni kini menjalani pendidikan di SMP N 1 Patamuan dan SD terdekat. Syaiful Anwar nama anaknya yang sekolah di SMP yang terletak di Kabun Pondok II tersebut. Tiap pagi dia harus berjalan kaki sekitar enam kilometer. Dia mengaku harus berangkat jam 6.00 pagi, supaya tidak telat sampai di sekolah.
    Kondisi rumah yang didiami Jetri Murni bersama anak dan keluarganya sangat memprihatinkan. Belum ada dinding. Hanya dua kamar yang disekat lalu didinding dengan traval yang sudah lusuh pula. "Ada satu ginset bantuan. Kalau untuk satu malam butuh bensin tiga liter. Ya, kalau ada uang dihidupkan. Tapi kalau lagi tak ada, cukup dengan lampu togok pakai minyak tanah saja," kata Jetri Murni, perempuan berusia 40 tahun itu.
    Tardi alias Katar, suami Jetri Murni hanyalah seorang petani biasa. Setiap hari dia menggarap sawah milik orang lain, yang hasilnya dibagi tiga. Sepertiga untuk yang punya lahan, dan dua pertiga untuk dia. Hasil panen sawah yang digarapnya itu mencapai 500 gantang. Dia bisa turun ke sawah dua kali dalam setahun.
    Selain itu, Katar bekerja secara serabutan. "Bisa jadi buruh, bekerja di sawah orang dengan upah yang cukup. Atau bekerja bersama tukang rumah jadi kuli," kata bapak berusia 50 tahun itu.
    Biasanya keluarga ini selalu dapat bantuan beras miskin dari nagari. Tetapi, sejak lima bulan belakangan bantuan itu sudah tidak ada. "Ndak tahu awak, kenapa tak lagi ada bantuan beras tersebut. Dua anaknya yang paling besar telah pergi merantau ke Pekanbaru, Riau. Lantaran Jetri Murni melahirkan, seorang anak perempuannya pulang dari Pekanbaru untuk membantu adik-adiknya.
    "Paling tidak, untuk kebutuhan makan setiap harinya kami butuh lima leter beras, dan Rp100 ribu untuk kebutuhan sambalnya," ujar dia.
    Titik Sandora Bahri, Bendahara Komunitas Facebook Peduli Dhuafa menyebutkan, bahwa rumah Jetri Murni yang dibantunya kali ini sudah yang kelima kalinya, sejak komunitas itu ada dan berdiri di belantara dunia maya.
    "Untuk rumah ini sudah kami berikan Rp10 juta, dari Rp22 juta rencananya sampai selesai terdinding dan pakai pintu," ujar Titik. Komunitas ini merasa tersentuh melihat kondisi rumahnya yang sangat memprihantinkan. Anaknya banyak pula. Tentu perlu kesehatan anak dijaga dari angin malam yang banyak membawa penyakit.
    Sebelum ini, kata Titik, pihaknya juga melakukan hal yang sama di Kecamatan Enam Lingkung sebanyak dua unit rumah, di Kecamatan Ulakan Tapakis satu rumah, dan di Kota Padang satu rumah. Ini sudah rumah yang kelima.
    "Kita berharap, ada saja donatur yang mau menyumbang, bersedakah lewat komunitas ini, sehingga rumah Jetri Murni cepat selesainya, dan dia bersama keluarganya merasa nyaman dan senang pula mendiaminya," harapnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar